Walau engkau membakar hatiku berkali-kali Hingga menjadikannya abu
Kusatukan kembali harapan-harapan itu
ku kremasi dan kuhiasi Kupersembahkan kembali padamu
Walau lagi-lagi kau menghancurkannya Berulangkali tanpa basa-basi
Milyaran bunga pun telah kupetik untuk meluluhkan hatimu
malah hatiku yang kau luluhlantakkan
Sekarang aku sadar dimatamu aku hanyalah debu jalanan yang sekali kau tiup hilang dan tidak berarti apa-apa
Hingga mengapa rasa benci itu pun datang dan memaksaku untuk membencimu
15 Komentar
Ngena, hanya saja saya berpikir, Tuhan
BalasHapusGak usah dipikirin mbak
HapusNah... Ada kan yang bilang batas antara benci dan cinta itu tipis banget. Mungkin beginilah salah satu maksudnya.
BalasHapusWah siapa tuh yang bilang?
HapusHehhe
Banyak si yang bilang. Misalnya nih kalau lagi nggak suka sama seseorang terus dibilangin jangan terlalu benci sama orang. Ntar naksir loe. Gitu. Heehe
Hapushehe iya sering juga dengar dn memang fakta
HapusWkwkwk.... mantulah
BalasHapusIyadonk
HapusKereen bernaluri pujangga nihh
BalasHapusHaha belumlah bnag, tukisanku masih receh klo hrus dikatakan pujangga
HapusTulisannya bagus.seperti sastrawan
BalasHapusHehe makasih om
HapusSekarang aku sadar dimatamu aku hanyalah debu jalanan yang sekali kau tiup hilang dan tidak berarti apa-apa >>>> Sendu banget, Mas Norfahrul. Mungkin esok kan kau jelang bahagia bersama yang lain ...., ahay.
BalasHapusLOh kok jd kayak lagu wkwwk
HapusSangat kreatif sekalik kak,mkasih ya buat pengetahuan
BalasHapus